Tanpa terasa setahun sudah aku
mengenalnya. Aku masih tidak pernah menjalin hubungan selama ini. Aku tidak
bisa menyebut hubungan apa ini? Kalau dibilang
teman tapi aku dan Reval mempunyai perasaan yang sama. Kalau di bilang
pacaran tapi tak ada status pacaran. Sebut saja teman dekat. Karena sebutan itu
lebih nyaman bagiku.
Suatu ketika, ia meminta ku untuk menjadi pacarnya. Untung saja ku ceritakan
hal ini terlebih dahulu kepada temanku dan ia menyarankan agar aku menahannya.
Akhirnya ku jelaskan tentang peraturan ku di sekolah kepadanya.
“Sebenarnya Venny juga punya
perasaan yang sama dengan Reval. Tapi.......”, kataku.
“Tapi kenapa Ven? Jawabnya.
“Venny nggak bisa terima Reval
sekarang, soalnya Venny terikat dengan sekolah”, jawabku.
“Maksud kamu gimana Ven? Reval nggak
ngerti", kata Reval kebingungan.
“Di sekolah Venny ada peraturan
nggak boleh pacaran. Kalau Venny sampek ketahuan pacaran Venny dapet kredit
point”, jawabku mencoba menjelaskan.
“Tapi kan kalau diem-diem nggak ada
yang tau Ven”, kata Reval dengan serius.
“Nggak bisa Val, walaupun
sembunyi-sembunyi, toh ujung-ujungnya juga bakal ketauan juga”, kata ku
kembali.
Akhirnya
Reval pun mengerti kondisi ku. Dan ia mengatakan bahwa ia akan menanti ku
hingga aku tamat dari SMA itu. Aku menghargai ketulusannya yang menyayangiku.
Aku menerima keputusannya untuk menantiku.
Walaupun
saat itu hubungan ku dengannya hanya sebatas teman dekat. Namun tidak
sedikitpun perhatiannya berkurang kepadaku. Ia tak pernah mengganggu ku ketika
aku belajar. Ia mengerti keadaan ku dan selalu mendukung apa pun yang terbaik
untukku.
Tapi
terkadang aku ragu. Aku merasa ia tidak mungkin setia menanti ku. Karena aku
dan Reval berhubungan hanya via sms atau telpon saja. Pernah terpikir olehku,
“mana mungkin seorang Reval mau benar-benar menanti ku hingga aku tamat dari
SMA ini. Aku yakin, di luar sana ia pasti punya gebetan lain”. Hal ini membuat
ku harus mencoba untuk tidak terlalu berharap akan penantiannya.
Ku pusatkan perhatianku pada
pelajaran ku. Tak ku perdulikan akan adanya dirinya. Karena aku takut
perasaanku semakin dalam kepadanya. Aku tetap menganggapnya sebagai teman. Tapi
seiring berjalannya waktu, perasaan itu tumbuh smakin mendalam. Aku merasa
semakin menyayanginya. Ntah apa yang menyebabkan ini bisa terjadi. Setiap kali
selesai aku belajar yang ada di ingatanku hanyalah dirinya. Tapi aku selalu
mencoba agar konsentrasi ku dalam meniti masa depanku tidak terganggu. Dalam
kondisi seperti ini, aku tetap yakin bahwa semua ini akan indah pada waktunya......
****