Selasa, 17 Juli 2012

Aku Yakin... Semua Pasti Akan Indah Pada Waktunya


Tanpa terasa setahun sudah aku mengenalnya. Aku masih tidak pernah menjalin hubungan selama ini. Aku tidak bisa menyebut hubungan apa ini? Kalau dibilang  teman tapi aku dan Reval mempunyai perasaan yang sama. Kalau di bilang pacaran tapi tak ada status pacaran. Sebut saja teman dekat. Karena sebutan itu lebih nyaman bagiku.
            Suatu ketika, ia meminta ku untuk menjadi pacarnya. Untung saja ku ceritakan hal ini terlebih dahulu kepada temanku dan ia menyarankan agar aku menahannya. Akhirnya ku jelaskan tentang peraturan ku di sekolah kepadanya.
“Sebenarnya Venny juga punya perasaan yang sama dengan Reval. Tapi.......”, kataku.
“Tapi kenapa Ven? Jawabnya.
“Venny nggak bisa terima Reval sekarang, soalnya Venny terikat dengan sekolah”, jawabku.
“Maksud kamu gimana Ven? Reval nggak ngerti", kata Reval kebingungan.
“Di sekolah Venny ada peraturan nggak boleh pacaran. Kalau Venny sampek ketahuan pacaran Venny dapet kredit point”, jawabku mencoba menjelaskan.
“Tapi kan kalau diem-diem nggak ada yang tau Ven”, kata Reval dengan serius.
“Nggak bisa Val, walaupun sembunyi-sembunyi, toh ujung-ujungnya juga bakal ketauan juga”, kata ku kembali.
            Akhirnya Reval pun mengerti kondisi ku. Dan ia mengatakan bahwa ia akan menanti ku hingga aku tamat dari SMA itu. Aku menghargai ketulusannya yang menyayangiku. Aku menerima keputusannya untuk menantiku.
         Walaupun saat itu hubungan ku dengannya hanya sebatas teman dekat. Namun tidak sedikitpun perhatiannya berkurang kepadaku. Ia tak pernah mengganggu ku ketika aku belajar. Ia mengerti keadaan ku dan selalu mendukung apa pun yang terbaik untukku.
          Tapi terkadang aku ragu. Aku merasa ia tidak mungkin setia menanti ku. Karena aku dan Reval berhubungan hanya via sms atau telpon saja. Pernah terpikir olehku, “mana mungkin seorang Reval mau benar-benar menanti ku hingga aku tamat dari SMA ini. Aku yakin, di luar sana ia pasti punya gebetan lain”. Hal ini membuat ku harus mencoba untuk tidak terlalu berharap akan penantiannya.
   Ku pusatkan perhatianku pada pelajaran ku. Tak ku perdulikan akan adanya dirinya. Karena aku takut perasaanku semakin dalam kepadanya. Aku tetap menganggapnya sebagai teman. Tapi seiring berjalannya waktu, perasaan itu tumbuh smakin mendalam. Aku merasa semakin menyayanginya. Ntah apa yang menyebabkan ini bisa terjadi. Setiap kali selesai aku belajar yang ada di ingatanku hanyalah dirinya. Tapi aku selalu mencoba agar konsentrasi ku dalam meniti masa depanku tidak terganggu. Dalam kondisi seperti ini, aku tetap yakin bahwa semua ini akan indah pada waktunya......
****